"Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintahNya karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat" (Pengkotbah 12:13-14)

Selasa, 23 Agustus 2011

Menyangkal Diri


Menyangkal diri pada prinsipnya bukan hanya menyangkut masalah tindakan-tindakan lahiriah yang dianggap tidak bermoral seperti membunuh, berzinah, mencuri dan lain sebagainya, tetapi juga kesediaan untuk mengubah tujuan dan motif hidup.

Sesungguhnya Tuhan tidak pernah memaksa kita. Kita boleh memilih, apakah mau mengiring Tuhan Yesus dengan sungguh-sungguh sampai sepenanggungan dengan Dia, atau hanya mau nikmat di zona kenyamanan kehidupan ini. Dalam hal ini kita mengerti mengapa Paulus menyatakan bahwa ia lebih suka menderita bagi Tuhan (Flp 3:10).

Ini hanya bisa dipercakapkan dengan orang-orang yang rela tidak memiliki dirinya sendiri, tetapi sepenuhnya dimiliki Tuhan. Orang-orang yang melakukan segala sesuatunya hanya untuk Tuhan. Orang-orang yang rela kehilangan nyawanya karena Tuhan. Memang kehidupan seperti ini bisa sangat menyakitkan, tetapi kalau kita berani melangkah dan membiasakan diri masuk ke dalamnya, maka kehidupan seperti ini akan menjadi suatu keindahan dan kenikmatan, sampai akhirnya kita tidak dapat memiliki hidup model lain. Kita hanya memiliki model hidup seperti dimiliki oleh sosok Guru dari Nazaret. Setiap kita mendapat kesempatan yang sama untuk mengarungi hidup ini dengan petualangan yang luar biasa bersama dengan Tuhan. Firman-Nya atas seseorang akan membuat ia tidak merasa nyaman lagi hidup di bumi ini.

Ia melihat ketragisan hidup ini, namun tetap bisa menikmati semua berkat yang Tuhan sediakan. Selanjutnya ia makin menghayati apa artinya bahwa dunia ini bukan rumahnya. Dunia ini hanya tempat persinggahan sementara. Inilah yang harus terus-menerus diajarkan kepada jemaat Tuhan, bahwa Tuhan memilih kita untuk meninggalkan dunia ini sama seperti Abraham diperintahkan untuk meninggalkan Ur-Kasdim. Apakah pola hidup ini membuat seorang anak Tuhan nampak tidak wajar? Tuhan tidak mengajarkan kita hidup secara tidak wajar di mata manusia. Kita tetap hidup wajar, dalam pengertian tidak kehilangan “kemanusiaan” kita.

Menjalani hidup seperti manusia lain dalam bekerja mencari nafkah, makan dan minum, menikah, menikmati alam, mengembangkan dan menikmati kreasi seni, menikmati hobi-hobi yang menyukakan hati, berolah raga, berekreasi dan lain sebagainya. Menyangkal diri pada prinsipnya bukan hanya menyangkut masalah tindakan-tindakan lahiriah yang dianggap tidak bermoral seperti membunuh, berzinah, mencuri dan lain sebagainya, tetapi juga kesediaan untuk mengubah tujuan dan motif hidup. Jadi yang paling dipersoalkan bukanlah “buah” semata-mata, tetapi akarnya. Kita mengerti mengapa Paulus berkata bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang (I Tim 6:10), tradisi yang diturunkan nenek moyang kita. Inilah yang ditunjukkan Tuhan Yesus mengenai orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri tetapi tidak kaya di hadapan Tuhan. Filosofi hidupnya adalah, “Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati” (I Kor 15:32). Bukankah ini filosofi dunia hari ini? Ungkapan “tidak kaya di hadapan Tuhan” hendaknya menyerukan kita agar kita kaya di dalam Tuhan. Untuk kaya di dalam Tuhan, kita harus mengumpulkan harta di sorga, dengan mulai memiliki motivasi dan tujuan hidup yang benar mulai dari sekarang. Hal ini bukan sekedar membantu pelayanan gereja, terlibat dalam aktivitas gereja dan berbagai kegiatan rohani lain yang kita golongkan melayani Tuhan, tetapi menyangkut seluruh irama hidup setiap hari.

Tuhan memberkati.

Sabtu, 20 Agustus 2011

mengapa kamu takut----> belajarlah percaya

Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" (Markus 4:40)

>> Markus 4:35-41

Kehidupan kita ibarat perahu yang sedang mengarungi lautan dunia yang tidak menentu. Badai atau gelombang bisa datang kapan saja. Ada saatnya badai besar atau taufan diizinkan melanda hidup kita walaupun Yesus ada di dalamnya. Ombak menyembur ke dalam sehingga perahu kita penuh air dan hampir tenggelam, namun Yesus sepertinya tidak melakukan apa2. Respon kita mungkin seperti murid2 yang berpikir bahwa Yesus cuek dan tidak peduli dengan kondisi kita. Kita merasa seolah-olah Yesus tertidur. Saat itulah kepercayaan kita diuji. Satu hal yang perlu kita yakini adalah bahwa Yesus tidak pernah membiarkan hidup kita hancur karena terpaan badai kehidupan.

Ketika seolah-olah Tuhan membiarkan hal buruk terjadi, hal itu sama dengan kesengajaan Yesus menunda kedatangan-Nya ke rumah Maria. Padahal Lazarus sudah hampir mati. Yesus ingin agar murid2-Nya dan keluarga Lazarus belajar percaya kepada-Nya. Itulah sebabnya Yesus berkata, "Tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang padanya." (Yoh. 11:15).

Saudara-saudara, tidak enak rasanya apabila kemampuan kita diragukan, bukan?? Begitu pula Tuhan Yesus. Bila kita yakin bahwa Yesus berkuasa, maka meragukan kuasa-Nya tentulah sangat menyedihkan hati-Nya. Marilah mulai hari ini, kita belajar untuk lebih mempercayai Dia. Penyertaan-Nya sempurna, walau di tengah badai, Allah akan memberikan kedamaian dan kemenangan bagi kita....amien..!!~

"KEYAKINAN AKAN PENYERTAAN ALLAH MEMUNGKINKAN KITA MENJALANI HIDUP DENGAN TENANG."


Tuhan Yesus memberkati kita semua...amien.~

Jumat, 19 Agustus 2011

Menunggu dengan sabar

Setiap kita pasti mengalami persoalan-persoalan hidup yang membuat hidup kita terasa sukar. Pada saat-saat seperti itu kita pasti menantikan datangnya pertolongan Tuhan. Masalahnya adalah bagaimana kita menunggu dan mengalami pertolongan Tuhan itu? Ketika kita ada dalam satu persoalan hidup yang berat, yang harus kita percayai adalah pribadi Allah yang tidak mungkin membiarkan kita menghadapi cobaan yang melebihi kekuatan kita. Namun kadang kita menjadi lemah dan putus asa ketika persoalan itu menjadi semakin berat, sementara kita berdoa tak kunjung datang pertolongan-Nya. Untuk ini kita perlu belajar bagaimana caranya menunggu dengan tenang datangnya pertolongan Tuhan tersebut. Ada beberapa sikap hati yang harus kita terapkan di sini dalam menunggu dengan tenang datangnya pertolongan Tuhan tersebut.

Pertama, kita harus berani untuk bersabar dalam menunggu datangnya pertolongan Tuhan tersebut. Pada umumnya kita cenderung untuk mendesak Tuhan supaya Ia segera memberikan pertolongan-Nya. Tetapi sebagai orang percaya yang dewasa, kita harus mempercayai Tuhan bahwa Ia memiliki waktu-Nya sendiri. Menunggu waktunya Tuhan merupakan pergumulan untuk percaya sepenuhnya kepada pribadi Tuhan yang bijaksana. Pada akhirnya Tuhan akan memberi pertolongan walaupun kelihatannya waktu sudah semakin habis dan keadaan terlihat sudah tertolong lagi. Dalam hal ini kita harus belajar untuk mengikuti jadwalnya Tuhan, dan bukan jadwalnya kita. Dan yakinlah bahwa Tuhan tidak akan pernah terlambat sedetikpun dalam memberikan pertolongan-Nya.

Kedua, Kita harus menutup mata dan teliga kita terhadap sumber lain. Kita harus menaruh harap hanya kepada Tuhan saja. Dengan mengharapkan pertolongan yang datang dari Tuhan saja, maka Tuhan akan memperkenalkan diri-Nya kepada kita supaya terbangun sebuah hubungan intim antara kita dengan-Nya. Ia ingin kita dapat mempercayai-Nya sebagai mempelai pria yang tidak pernah ingkar janji terhadap kita sebagai mempelai wanitaNya. Ia mau membuktikan pada kita bahwa Ia adalah Allah yang selalu bertanggung jawab atas keadaan kita. Untuk itulah diperlukan keintiman antara kita dengan-Nya supaya kita memiliki keyakinan penuh kepada-Nya dan tidak menyeleweng kepada sumber lain selain daripada diri-Nya.

Ketiga, kita harus tetap beriman kepada-Nya. Kadang saat kita bersabar dalam menantikan pertolongan-Nya, iman kita mulai memudar sedikit demi sedikit. Dalam Ibr. 6:12 kita dinasehati untuk "... Jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah." Haruskah kita merasa heran atau patah semangat bila setelah menerima janji dari Tuhan, penggenapannya mulai tampak semakin jauh? Kesabaran adalah peragaan dari iman, namun hanya sedikit orang yang memahami hal ini. Karena gagal memahaminya, hanya sedikit orang yang dapat mencapai penggenapan dari janji Allah dalam hidup mereka. Tanpa iman, kesabaran tidak akan dapat bertahan lama. Tanpa kesabaran, iman tidak akan mendatangkan hasil.

Keempat, Kita harus meyakini bahwa apapun jawaban Tuhan atas doa kita, walaupun itu tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, tetapi itulah yang terbaik bagi kita. Mengapa demikian? Karena manusia sering meminta yang baik dari Allah, tetapi Allah selalu memiliki yang terbaik untuk manusia.